Profil
Nama Resmi : Kabupaten Maros
Ibukota : Maros
Ibukota : Maros
Provinsi : Sulawesi Selatan
Batas Wilayah
Utara :
Kabupaten Pangkep
Selatan :
Kabupaten Gowa dan Kota Makassar
Barat :
Selat Makassar.
Timur :
Kabupaten Gowa dan Bone
Luas Wilayah : 1.619,12 Km2
Jumlah Penduduk : 426.232 Jiwa
Wilayah Administrasi : Kecamatan: 14, Kelurahan: 23, Desa: 80
Daftar
Kecamatan di wilayah Kab. Maros
- Kecamatan Mandai - kode wilayah: 73.09.01
- Kecamatan Camba - kode wilayah: 73.09.02
- Kecamatan Bantimurung - kode wilayah: 73.09.03
- Kecamatan Maros Baru - kode wilayah: 73.09.04
- Kecamatan Bontoa - kode wilayah: 73.09.05
- Kecamatan Malllawa - kode wilayah: 73.09.06
- Kecamatan Tanralili - kode wilayah: 73.09.07
- Kecamatan Marusu - kode wilayah: 73.09.08
- Kecamatan Simbang - kode wilayah: 73.09.09
- Kecamatan Cenrana - kode wilayah: 73.09.10
- Kecamatan Tompobulu - kode wilayah: 73.09.11
- Kecamatan Lau - kode wilayah: 73.09.12
- Kecamatan Moncong Loe - kode wilayah: 73.09.13
- Kecamatan Turikale - kode wilayah: 73.09.14
Profil Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Maros
Biodata
Nama : Ir. H. M. Hatta Rahman, MM
Tempat dan tanggal lahir : Maros, 09 September 1966
Alamat tempat tinggal : Jl. Bougenville Blok D1-D3 Maros
Agama : Islam
Tempat dan tanggal lahir : Maros, 09 September 1966
Alamat tempat tinggal : Jl. Bougenville Blok D1-D3 Maros
Agama : Islam
Riwayat
Pendidikan
SD Muhammadiyah Maros, Tahun 1979
SMP Negeri I Maros, Tahun 1982
SMA Negeri I Maros, Tahun 1985
UNHAS Fakultas Teknik Sipil, Tahun 1990
UMI Program Magister Managemen Makassar 2009
SMP Negeri I Maros, Tahun 1982
SMA Negeri I Maros, Tahun 1985
UNHAS Fakultas Teknik Sipil, Tahun 1990
UMI Program Magister Managemen Makassar 2009
Pengalaman Organisasi
- Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Maros, Tahun 1999 – sekarang
- Ketua DPD Partai Amanat Nasional Maros, Tahun 2002 – sekarang
- Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Maros, Tahun 1997
- Wakil Ketua Umum Askumindo Sul-Sel (2003-2006)
- Ketua Bidang Perdagangan Dalam Negeri Kadin Sul-Sel (2009-sekarang)
- Ketua Kharisma Kawula Muda Maros (KKMM)
- Dewan Pertimbangan Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa (HPPMI) Maros
- Pengurus Muhammadiyah Kabupaten Maros (sekarang)
Prestasi/Pengalaman Pekerjaan
- Wakil Ketua DPRD Kabupaten Maros (2004-2009 & 2009-2014)
- Koordinator Pembangunan Masjid Almarkas Al Islami Kab.Maros (2002-2004)
- Koordinator Pembangunan Kantor Bupati Kab.Maros (2001-2003)
- Direktur Utama PT. Megah Mustika Mitra Mandiri (1995-2004)
- Direktur CV. Mitra Utama (1993-2004)
- Pengusaha Teladan Kabupaten Maros tahun 2002
- Siswa Teladan Kabupaten Maros tahun 1985
- Alumni terbaik Fakultas Teknik Unhas tahun 1990
Biodata
Nama : Drs. H. A. Harmil Mattotorang, MMTempat dan tanggal lahir : Makassar, 31 Mei 1955
Alamat tempat tinggal : Jl. Cemara No. 12 Maros
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
SD No. 1 Maros, Tahun 1967SMP Negeri I Maros, Tahun 1970
SMA Negeri I Maros, Tahun 1973
Akademi Pajak (D3) Makassar, 1982
STIA LAN RI Makassar, 1987
STIEM (S2) Makassar, 2004
Pengalaman Pekerjaan
Kabag Keuangan Maros (1993-1997)Asisten Administrasi Maros (1997-2000)
Kepala Dispenda Maros (2000-2001)
Kepala Kantor Pengelola Bandara & Bantimurung (2001)
Kepala BKD (2001-2002)
Kepala Dispenda Maros (2002-2009)
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Maros (2009-2010)
Prestasi Pekerjaan
SATYA LANCANA KARYA SATYA 20 tahun (2001)SATYA LANCANA KARYA SATYA 30 tahun (2007)
Arti Logo
1.
Dasar
dari lambang yang berbentuk PERISAI menggambarkan keuletan, ketangkasan
dan kejujuran.
2.
BAJAK
(Rikkala atau Pajeko)
menggambarkan kehidupan masyarakat yang berorientasi pada bidang pertanian.
3.
KERIS
TERHUNUS yang
pangkalnya bertuliskan MAROS menggambarkan sifat patriotik
rakyat.
4.
GUNUNG
melambangkan keagungan dan air
melambangkan pengairan serta daerah wisata.
5.
RANTAI
MELINGKAR BERMATA 29
menggambarkan kekuatan dan persatuan rakyat.
6.
17
BUAH PADI dan 4
KUNTUM BUNGA KEMIRI dan 5 HELAI DAUNNYA berada diatas sayap berbulu
delapan mengingatkan kita terhadap detik proklamasi 17-8-1945.
7.
HURUF
LONTARA’
menggambarkan dari tiga persekutuan masyarakat hukum adat.
Sejarah
Kabupaten Maros dengan ibukota
kabupaten adalah Kota Maros yang berperan sebagai pusat pemerintahan dengan
segala aktivitas sosial, ekonomi, budaya, dan politikterletak di Kecamatan
Turikale. Jika dilihat dari gegrafis wilayah yang lebih mikro, Kota Maros
terbagi atas 3 (tiga) segmen kawasan yang merupakan bagian dari pusat-pusat
pemerintahan Kabupaten Maros dan dihubhungkan oleh jaringan jalan arteri.
Sedangkan ditinjau dari perkembangan wilayah, juga terjadi pada arah jaringan
jalan arteri sekunder yang menghubungkan dengan wilayah Kabupaten Bone, yang
meliputi wilayah Kecamatan Bantimurung, Simbang, Cenrana, Camba dan Mallawa.
Wilayah Kabupaten Maros pada
mulanya adalah suatu wilayah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Marusu yang
kemudian bernama Kabupaten Maros sampai saat ini. Selain nama Maros, masih
terdapat nama lain daerah ini, yakni Marusu dan/atau Buttasalewangan. Ketiga
nama tersebut oleh sebagian masyarakat Kabupaten Maros sangat melekat dan
menjadikan sebagai lambang kebanggaan tersendiri dalam mengisi pembangunan
daerah.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, terutama salah satu putra daerah, yakni
Andi Fahry Makkasau dari bukunya berjudul “Kerajaan-Kerajaan di Maros Dalam
Lintasan Sejarah”, memuat sejarah Kabupaten Maros. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa Kabupaten Maros pada awalnya adalah sebuah wilayah kerajaan
yang dipengaruhi oleh dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yakni Kerajaan
Bone dan Kerjaan Gowa, yang mana pada waktu itu, Maros memiliki nilai strategis
yang sangat potensial. Kabupaten Maros dari dulu hingga saat ini dihuni oleh
dua suku, yakni Suku Bugis dan Suku Makassar.
Pada
masa kemerdekaan, yakni tujuh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal
17 Agustus 1945 oleh pemerintah Republik Indonesia dikeluarkan peraturan No. 34
1952 juncto PP. No. 2/1952 tentang pembentukan Afdelling Makassar yang di
dalamnya tercakup Maros sebagai sebuah Onderafdelling dengan 16 buah distrik,
masing-masing :
1.
|
Distrik Turikale
|
Dipimpin oleh Karaeng
|
2.
|
Distrik Marusu
|
Dipimpin oleh Karaeng
|
3.
|
Distrik Simbang
|
Dipimpin oleh Karaeng
|
4.
|
Distrik Bontoa
|
Dipimpin oleh Karaeng
|
5.
|
Distrik Lau’
|
Dipimpin oleh Karaeng
|
6.
|
Distrik Tanralili
|
Dipimpin oleh Karaeng
|
7.
|
Distrik Sudiang
|
Dipimpin oleh Gelarang
|
8.
|
Distrik Moncongloe
|
Dipimpin oleh Gelarang
|
9.
|
Distrik Bira
|
Dipimpin oleh Gelarang
|
10.
|
Distrik Biringkanaya
|
Dipimpin oleh Gelarang
|
11.
|
Distrik Mallawa
|
Dipimpin oleh Arung
|
12.
|
Distrik Camba
|
Dipimpin oleh Arung
|
13.
|
Distrik Cendrana
|
Dipimpin oleh Arung
|
14.
|
Distrik Laiya
|
Dipimpin oleh Arung
|
15.
|
Distrik Wanua Waru
|
Dipimpin oleh Arung
|
16.
|
Distrik Gantarang Matinggi
|
Dipimpin oleh Arung
|
Ke enam belas distrik diatas merupakan pusat-pusat pemerintahan di Kabupaten
Maros pada masa lampau yang kemudian berkembang seiring dengan kemajuan
pembangunan secara lokal maupun regional, maka sebagian wilayah Kabupaten Maros
terintegrasi ke wilayah administrasi Kotamadya Ujungpandang (Ujungpandang
berubah nama menjadi Kota Makassar). Adapun wilayah distrik Kabupaten Maros
tersebut yang terintegrasi di wilayah administrasi Kota Makassar tersebut
adalah Distrik Bira, Suding dan Biringkanaya. Pelepasan wilayah Bira, Sudiang
dan Biringkanaya tersebut dari wilayah Kabupaten Maros terjadi pada tahun
70-an.
Wilayah Kabupaten Maros dalam sejarahnya telah mengalami pemekaran wilayah.
Pada tahun 1963, Kabupaten Maros terbagi atas 4 (empat) kecamatan, yakni
Kecamatan Maros Baru, Bantimurung, Mandai, dan Camba. Memasuki tahun 1989,
diadakan pemekaran wilayah kecamatan dengan dibentuknya 3 (tiga) kecamatan
perwakilan, yakni Kecamatan Perwakilan Tanralili, Maros Utara, dan Mallawa,
yang hingga saat ini saat ini terdapat 14 wilayah kecamatan. Masing-masing
wilayah kecamatan tersebut memiliki potensi tersendiri dalam menunjang
pembangunan wilayah. Disampin itu, Kabupaten Maros memiliki peranan yang sangat
berarti dalam pembangunan Kota Makassar sebagai ibukota provinsi dan sekaligus
sebagai pusat pengembangan wilayah Kawasajn Timur Indonesia (KTI). Peluang
inilah membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan wilayah
Kabupaten Maros, terutama wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kota Makassar.
Sedangkan rencana pembangunan wilayah secara eksternal, sebagian wilayah
Kabupaten Maros masuk dalam pengembangan Kawasan Mamminasata sebagai kawasan
kota metropolitan.
Setelah menjalani titian sejarah selama lima abad dimulai dengan berdirinya Kerajaan
Marusu pada awal abad XV yang selanjutnya terjadi kehidupan yang berdinamika
bagi setiap kerajaan mulai dari sistem Monarki menjadi daerah Regentschap
kemudian menjadi daerah Adat Gemeenschap sampai dekade terakhir menjadi
distrik, maka dalam sebuah masa peralihan antara fase pemerintahan
klasik/tradisional dengan pemerintahan konstitusional lahir Undang-undang No.
29 Tahun 1959 (14 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945).
Undang-undang tersebut menjadi dasar hukum berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat
II se Sulawesi Selatan termasuk didalamnya adalah Kabupaten Maros yang meliputi
gabungan tiga persekutuan adat. Setelah terbentuknya Maros sebagai wilayah
administrasi kabupaten dari tahun 1960 sampai sekarang, telah dipimpin oleh 11
(sebelas) Bupati Kepala Daerah.